Kasus New Nth Room Kembali Membuat Heboh Korea Selatan

29/08/2024


Kasus New Nth Room kini tengah menjadi viral di Korea Selatan dan berhasil menyita perhatian dunia. New Nth Room merupakan gelombang baru kejahatan seksual digital yang meresahkan dan mirip dengan kasus "Nth Room" yang terkenal beberapa tahun lalu. Kejahatan tersebut baru-baru ini dipublikasikan di forum-forum Korea dan banyak artikel berita yang viral.

Beroperasi terutama melalui Telegram, para penjahat ini membuat dan membagikan pornografi palsu menggunakan foto-foto korban yang tidak menaruh curiga — banyak di antaranya masih di bawah umur. Para pembela hukum daring juga mulai mengungkap identitas pelaku secara daring, beberapa di antaranya bahkan masih berusia remaja.


Apa Itu Kasus New Nth Room?

Jadi, apakah itu kasus New Nth Room? Berikut beberapa ringkasannya:

  • Merupakan ruang obrolan rahasia tempat para pria berbagi foto-foto terlarang ibu, saudara perempuan, dan wanita lain dalam hidup mereka.
  • Foto atau video diambil tanpa izin, seringnya saat para wanita sedang tidur atau, dalam beberapa kasus, dalam keadaan dibius.
  • Korban tidak terbatas pada anggota keluarga saja, tetapi juga termasuk rekan kerja, teman sekelas, atau pelaku perempuan mana pun yang ditemui peserta.
  • Gambar-gambar tersebut mengandung maksud “penghinaan”, dengan membagikan gambar-gambar yang memperlihatkan tindakan yang tidak pantas terhadap korban, dengan ibu, saudara kandung atau kerabat yang menjadi sasaran
  • Sasarannya adalah pelajar yang masih di bawah umur, yang diurutkan berdasarkan usia dan fasilitas pendidikannya
  • Gambar yang bersifat pornografi dibagikan bersama gambar deepfake AI

Baca Juga: Bahaya Deepfake Porn dan Solusi Hukumnya

Kumpulan ruang Telegram, ini memiliki total lebih dari 212.000 peserta. Dimana untuk memperoleh akses ke dalam ruang tersebut, seseorang harus menyerahkan sekumpulan foto gadis atau wanita di sekitar mereka — termasuk anggota keluarga, dan memberikan rincian informasi pribadi gadis tersebut.

Beberapa ruangan tersebut berputar di sekitar “penghinaan” terhadap anggota keluarga dengan mengirimkan foto atau video seseorang yang secara tidak pantas dengan menyentuh saudara perempuan atau seorang ibu.

Salah seorang pengguna ada yang memposting tentang salah satu “ruang penghinaan” dengan 1932 orang di dalamnya dengan berbagai kategori seperti “ruang sepupu,” “ruang ibu,” “ruang kenalan,” “ruang kakak perempuan,” dan “ruang adik perempuan.”

Pengguna media sosial telah mengecam ruangan tersebut, dengan mengungkap daftar sekolah tempat para pelaku dan korban diketahui berasal.

Daftar lengkapnya mencakup sekolah menengah pertama dan atas. Sekolah-sekolah ternama seperti universitas ternama SKY, Yonsei, Seoul National, dan Universitas Korea juga tak luput dari perhatian.

Pelaku Tak Memiliki Penyesalan

Para pelaku tidak menunjukkan penyesalan, dengan berani membicarakan aksi mereka dan bahkan membanggakan jumlah korban yang telah mereka targetkan. Meskipun ada peringatan baru-baru ini dari Presiden Yoon Suk Yeol yang menjanjikan tindakan tegas terhadap kejahatan ini, para pelaku tampaknya tidak gentar. Bahkan, mereka menjadi lebih menantang, memperluas target mereka hingga mencakup wartawan yang meliput berita tersebut.

Para penjahat berusaha membenarkan tindakan mereka dengan logika yang menyimpang, dengan mengklaim bahwa korban mereka entah bagaimana mengundang pelecehan atau membandingkan tindakan mereka dengan kesalahan yang dirasakan terhadap laki-laki. Retorika ini tampaknya dirancang untuk menormalkan perilaku mereka dalam komunitas mereka.

Para pelaku tidak ragu-ragu mengeksploitasi orang dewasa maupun anak di bawah umur. Sebagian besar korban adalah siswa SMP dan SMA. Ketika salah satu peserta ragu-ragu untuk melecehkan siswa SD kelahiran 2013, yang lain mengkritiknya dengan mengatakan, “ Usianya dua digit. Apa masalahnya? ”

Tanggapan Warga Korea

Seiring meningkatnya situasi, muncul seruan untuk tanggapan terkoordinasi dari semua cabang pemerintahan. Para ahli menekankan perlunya teknik investigasi yang lebih baik, hukuman yang lebih berat, dan satuan tugas khusus untuk memerangi kejahatan seks digital.

Karena para pelaku tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, tindakan mendesak diperlukan untuk melindungi calon korban dan membawa para pelaku kejahatan ini ke pengadilan. 

Warga Korea Selatan. pengguna media sosial X juga mengeluarkan peringatan dengan rangkaian panjang yang menjelaskan luasnya aktivitas mengganggu secara daring. Seiring dengan tersebarnya unggahan tersebut, semakin banyak perempuan yang berbagi pengalaman mereka difoto diam-diam oleh saudara laki-laki mereka. Beberapa di antaranya terlihat sedang berganti pakaian, sementara yang lain terlihat sedang tidur.

Banyak yang menyesalkan situasi ini diperburuk oleh sikap acuh tak acuh banyak orang tua ketika diberitahu tentang kejadian ini.

Namun sayangnya, beberapa orang tua meremehkan tingkat keparahannya, menyalahkan korban, atau memaksakan rekonsiliasi, mengabaikan trauma emosional yang ditimbulkan.

Temukan solusi hukum Anda pada Mitra Hukum TNOS melalui Video Call. Tim hukum TNOS akan membantu Anda semaksimal mungkin melalui video call.

Download segera aplikasi TNOS, untuk para pengguna IOS, bisa download di App Store! Untuk Android, Anda bisa download melalui Playstore, ya! Informasi lebih lanjut, bisa menghubungi VIA WA ke nomor 0811-9595-493






hukum konsultasi perdata


Komentar

whatsapp