Penindasan Anak di Luar Jam Sekolah
Penindasan anak di luar sekolah adalah setiap kejadian penindasan yang terjadi di mana pun di luar lingkungan sekolah. Seringkali hal ini dilakukan oleh orang-orang yang mereka kenal di sekolah, namun terkadang juga oleh orang-orang yang tinggal berdekatan.
Anak yang mendapatkan penindasan akan merasakan sesuatu seperti pergi ke halte bus atau istirahat menjadi mimpi buruk bagi mereka. Hal ini dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Melansir dari UNICEF, Anda biasanya dapat mengidentifikasi penindasan melalui tiga karakteristik berikut: niat, pengulangan, dan kekuatan. Seseorang yang melakukan intimidasi bermaksud menimbulkan rasa sakit, baik melalui kekerasan fisik atau kata-kata atau perilaku yang menyakitkan, dan melakukannya berulang kali. Anak laki-laki lebih mungkin mengalami perundungan fisik, sedangkan anak perempuan lebih mungkin mengalami perundungan psikologis.
Penindasan (bullying) merupakan suatu pola perilaku, dan bukan suatu kejadian yang terisolasi. Anak-anak yang melakukan intimidasi biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, misalnya anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer.
Anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko lebih tinggi untuk ditindas. Seringkali anak-anak tersebut adalah anak-anak dari komunitas yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga miskin, anak-anak dengan identitas gender yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas atau anak-anak migran dan pengungsi.
Anak-anak melakukan intimidasi karena berbagai alasan. Kadang-kadang mereka memilih anak-anak karena mereka membutuhkan korban – seseorang yang tampak lebih lemah secara emosional atau fisik, atau hanya bertindak atau tampak berbeda dalam beberapa hal – untuk merasa lebih penting, populer, atau memegang kendali. Meskipun beberapa pelaku intimidasi lebih besar atau lebih kuat dari korbannya, hal ini tidak selalu terjadi.
Terkadang anak-anak menyiksa orang lain karena mereka diperlakukan seperti itu. Mereka mungkin menganggap perilaku mereka normal karena mereka berasal dari keluarga atau lingkungan lain di mana setiap orang sering marah dan berteriak atau menyebut nama satu sama lain. Beberapa acara TV populer bahkan tampaknya mempromosikan kekejaman — orang-orang "dikucilkan", dijauhi, atau diejek karena penampilan atau kurangnya bakat mereka.
Dampak Penindasan Anak
Penindasan dapat menimbulkan dampak buruk dan jangka panjang bagi anak-anak. Selain dampak fisik dari penindasan, anak-anak mungkin mengalami masalah kesehatan emosional dan mental, termasuk depresi dan kecemasan yang dapat menyebabkan penurunan prestasi di sekolah.
Setiap anak berhak atas lingkungan sekolah yang aman dan terpelihara yang menghormati martabat mereka. Semua anak berhak atas pendidikan, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, cedera atau pelecehan. Penindasan tidak terkecuali.
Orang tua dapat membantu anak-anak belajar bagaimana menghadapi penindasan jika itu terjadi. penting untuk menasihati anak-anak agar tidak menanggapi penindasan dengan melawan atau membalas penindasan. Hal ini dapat dengan cepat meningkat menjadi kekerasan, masalah, dan seseorang terluka. Sebaliknya, yang terbaik adalah menjauh dari situasi tersebut dan memberi tahu orang dewasa.
Penindasan merupakan salah satu kondisi darurat dimana anak membutuhkan pertolongan. Namun, terkadang mereka menghadapi situasi tidak bisa “melarikan diri” untuk meminta pertolongan orang dewasa. Situasi lain seperti orang dewasa yang seharusnya dapat dimintai pertolongan sedang tidak tersedia atau lokasi penindasan jauh dari keramaian dan sepi. Apalagi, biasanya peraturan sekolah tidak mengizinkan membawa ponsel. Bagaimana cara mereka meminta pertolongan?
Orang tua dapat mengenalkan aplikasi TNOS Alert Button (TAB) kepada anak dan ajari kapan harus menekan TAB. Aplikasi ini memungkinkan pengguna (anak) untuk meminta bantuan hanya dengan mengklik tombol merah. TAB tidak hanya bisa digunakan di Smartphone, namun juga perangkat komunikasi lainnya, seperti smart watch atau jam tangan pintar.
Setelah anak menekan tombol merah TAB, kemudian sinyal peringatan darurat akan dikirimkan secara real time dari pengguna ke pengguna lain yang sudah ditentukan, misalnya guru, orangtua, keluarga lain atau penjaga keamanan. Aplikasi ini pun telah dirancang untuk digunakan dengan mudah, responsif, dan bisa digunakan oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun untuk keadaan darurat.
Baca Juga: Seberapa Pentingkah Mengenalkan Alert Button Pada Anak?
Komentar